Rabu, 02 Oktober 2013

Definisi SBSN (Sukuk) Ritel

A. Sukuk
Sukuk, shikâk atau ashukk berasal dari kata shakk (صك) yang pada mulanya berarti lembar pernyataan/kesaksian yang digunakan orang Arab kuno untuk keperluan keamanan, jaminan imbalan dan perdagangan. Dalam konteks ekonomi, Sukuk lalu dikenal sebagai instrumen finansial abad pertengahan yang digunakan oleh pengusaha dan pedagang muslim sebagai obligasi finansial.
Sukuk dapat pula diartikan dengan Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas:
1. Kepemilikan aset berwujud tertentu;
2. Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau
3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
Sementara itu, menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia, sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah. Sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
b. Ritel
Ritel (bahasa Inggris: retail) adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga.
Dalam operasionalnya peritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional.
c. SBSN (Sukuk) Ritel
Pengertian Surat Berharga Syariah Negara, yang selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

SBSN Ritel atau yang selanjutnya disebut Sukuk Negara Ritel dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218 Tahun 2008 Tentang Penerbitan Dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Ritel Di Pasar Perdana Dalam Negeri Pasal 1 ayat 2 adalah SBSN yang dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual.

Faktor-faktor Bauran Eceran ( Retailing Mix )

Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Henri Maruf, enam variable bauran eceran diantaranya meliputi :
1.      Lokasi ( Location )
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai atau toko akan lebih sukses dibanding toko lainya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama.
Sebelum sebuah toko atau tempat berbelanja didirikan, langkah pertama adalah mempelajari suatu area agar investasi yang ditanamkan dapat menguntungkan. Menurut Hendri Ma’ruf (2005 : 124), ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi area perdagangan ritel, diantaranya sebagai berikut :
1.  Besar populasi dan karakteristiknya
Jumlah penduduk dan kepadatan suatu wilayah meliputi factor dalam mempertimbangkan suatu area perdagangan ritel. Jumlah peritel yang sama di dua wilayah tetapi kepadatan penduduknya berbeda akan menyebabkan omzet yang rendah pada peritel di wilayah yang kurang padat penduduknya.
2.  Kedekatan dengan pemasok
Pemasok mempunyai pengaruh pada peritel dalam hal kecepatan penyediaan merchandise, kualitas produk yang terjaga, biaya pengiriman, dan lain- lain. Jumlah pemasok sebisa mungkin ada beberapa supaya tidak terjadi ketergantungan pada satu atau dua pemasok saja.
3.  Basis ekonomi
Basis ekonomi yang dimaksud di sini adalah indistri daerah setempat, potensi pertumbuhan, fluktuasi karena factor musiman, dan fasilitas seuangan. Industry yang bervariasi akan mempunyai pengaruh yang yang berbeda dibandingkan dengan indistri yang terkonsentrasi ( pada suatu sector ).
4.  Ketersediaan tenaga kerja
Tenaga kerja yang diperhatikan adalah pada suatu tingkat, yaitu dari tingkat administratif dan lapangan hingga management tranee dan menjerial. Management trainee adalah pada lulusan perguruan tinggi yang memulai karier di perusahaan ritel pada tingkat staf, dan diproyeksikan untuk menjadi tenaga pemimpin. Tenaga manjarial adalah para assistant manager atau manager bahkan general manager yang siap direktur dan siap kerja ( tidak seperti management trainee yang harus dilatih lebih dulu).
5.  Situasi persaingan
Pertumbuhan luas toko yang sejalan dengan pertumbuhan permintaan pasar ( yaitu besar belanja total penduduk setempat ) berarti semua perusahaan ritel setempat tumbuh secara stabil atau secara tetap. Jika banyak pihak membuka gerai ritel dengan asumsi merebut pasar sebesar- besarnya, maka kemungkinan yang terjadi adalah kejenuhan pasar, yaitu terlalu banyak paritel dibandingkan total belanja konsumen.
6.  Fasilitas promosi
Adanya media massa seperti surat kabar dan radio akan memfasilitasi kegiatan promosi peritel. Juga kesiapan sarana pendukung seperti biro iklan, production house, dan pembuat barang souvenir yang memperlancar kegiatan promosi perlu mendapat perhatian.
7.  Kesediaan lokasi toko
Factor bagi suatu area perdagangan dan hal- hal yang terkait dengan lokasi adalah jumlah lokasi serta jenisnya, akases pada masing- masing lokasi, perpeluang kepemilikan atau leasing, pembatasan zona perdagangan, dan biaya- biaya terkait.
8.  Hukum dan peraturan
Hukum dan peraturan perlu diperhatikan khususnya jika terdapat Perda ( Peraturan Daerah ) yang tidak terdapat di daerah lain.
                  
2.      Barang Dagangan ( Marchandise )
Merchandise merupakan produk- produk yang dijual peritel dalam gerainya, sedangkan merchandise adalah kegiatan pengadaan agarang- barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko ( produk berbasis makanan, pakaian, barang kebutuhan rumah dan produk umum lainnya ) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel.
Para pelanggan selalu berharap untuk memenuhi apa yang dibutuhkan dan diinginkannya disetiap toko, kebutuhan dan keinginan pelanggan sangat beragam dan toko diharapkan dapat memenuhinya. Fungsi pengelolaan barang dagangan ( merchandise ) merupakan fungsi yang harus diberi prioritas, bagaimanapun efektif dan efisiennya bagian lain, bila urusan barang dagangan salah, bila urusan barang dagangan salah, maka hampir dapat dipastikan sukses akan sulit diraih. Pada toko- toko berupa minimarkt yang tergabung dalam satu kelompok besar seperti Alfamart, disebut juga sebagai chainstore karena satu toko dengan lainnya terkait dalam suatu ikatan kelompok, pembelian merchandise di pusatkan pada induk yang mengendalikan kelompok. Masing- masing gerai atau toko tonggal menerima merchandise dan menjualnya.

3.      Harga (Price )
Penetapan harga adalah yang paling krusial dan sulit dinatara unsure- unsur dalam bauran pemasaran ritel lainnya, dan harga merupakan satu-satunya unsur dalam pemasaran ritel yang akan mendatangkan laba bagi peritel. Sebuah toko dapat menjadi terkenal karena harga jual yang ditetapkan cukup murah atau harga jual yang di tetapkan merupakan harga pasti. Berdasarkan hal itu, pengecer harus dapat menetapkan harga yang tepat untuk barang- barang yang akan dijualnya, sehingga kelancaran penjualan barang akan lebih terjamin. Semua pengecer senantiasa berkeinginan menetapkan harga yang tinggi dengan volume penjualan yang tinggi pula, namun kedua hal ini sulit di terapkan secara bersamaan.
Penetapan harga berkaitan dengan aspek- aspek laba, pelanggan, pasar dan persaingan, pengadaan barang dagangan, citra kualitas merek yang berbeda dan hokum peraturan, yang akan di uraikan sebagai berikut :
1.      Harga berkaitan dengan maksimalisasi laba
Setiap peritel atau perusahaan dagangan eceran, sepertihalnya semua perusahaan, ingin memaksimalisasikan laba. Laba dapat dicapai dalam jangka pendek dan jangka panjang.
2.      Harga berkaitan dengan pelanggan
Memaksimalisasikan laba adalah salah satu sisi dari selembar mata uang, sisi lainnya adalah kepuasan konsumen. Tujuan perusahaan adalah kepuasan pelanggan melalui operasional perusahaan yang akan member laba yang patut.
3.      Harga berkaitan dengan pasar dan perdagangan
Factor pasar atu persaingan merupakan factor penting yang amat mempengaruhi penetapan harga.Untuk suatu peritel yang hendak memperluas pembeli dalam suatu wilayah atau dalam suatu segmen disebul sebagai penetrasi pasar, penetapan harga rendah atau harga bersaing dilakukan.
4.      Harga berkaitan dengan pengadaan barang dagangan
Barang persediaan yang masih banyak dan agak lambat penjualannya padahal tanggal kadaluarsanya tinggal beberpa bulan lagi, mengharuskan tindakan penjualan sesegera mungkin. Itu hanya bisa dilakukan dengan harga diskon atau menjual barang dengan beberapa paket.
5.      Harga berkaitan dengan citra kualitas
Harga berkaitan dengan citra kualitas, sebagian besar masyarakat mempunyai anggapan bahwa terdapat kolelasi erat antara harga dan kualitas.Harga yang rendah dianggap pertanda kualitasnya rendah sebaliknya harga tinggi mencerminkan kualitas tinggi.
6.      Harga berkaitan dengan merk yang berbeda
Produk dari merek-merk yang berbeda dapat diberi label harga yang berbeda menurut :
a.       Merek terunggul yang diberi label termahal
b.      Merek pesaing atau merek sendiri dengan label harga sedang, dan
c.       Merek dengan harga terendah
7.      Harga berkaitan dengan hukum dan peraturan
Saat ini dapat dikatakan masih sangat minim hukum dan peraturan yang mengatur penetapan harga barang dan jasa eceran. Ini berarti para peritel mempunyai ruang gerak yang cukup bebas dalam menetapkan harga. Namun patokan umim berlaku yaitu kepatutan berdasarkan etika bisnis khususnya dari sudut pandang konsumen yaitu value for money.

4.      Promosi ( Promotion )
Komunikasi sebagai dasar promosi bertujuan mendorong target market untuk mau menjadi pembeli bahkan menjadi pelanggan setia. Esensi dari komunikasi pemasatan ini adalahbagaimana kita dapat menyampaikan apa yang kita tawarkan kepada konsumen dapat di terima dengan baik. Komunikasi pemasaran tidak hanya membuat pelanggan tertarik dan ingin membeli, namun komunikasi pemasaran juga bisa menciptakan citra tertentu yang kita sesuaikan dengan pasaran sasaran.
Menurut Kotler yang di kutip dari buku M. Taufik Amir ( 2005 : 85 ) menyatakan bahwa ada beberapa elemen penting dalam komunikasi pemasaran yaitu periklanan, promosi penjualan, penjualan tatap muka (personal selling), kehumasan (public relation) dan pemasaran langsung.

5.      Pelayanan ( Service )
Menurut Kotler (2002 : 427) yang di alih bahasakan oleh AB. Susanto menyatakan bahwa “ Pelayanan setiap tindakan atau keterampilan yang dapat ditawarkan oleh apapun juga yang pada dasrnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan sesuatu, pelayanan dapat disertakan dalam produk yang berbentuk fisik.”
Aspek pelayanan semakin hari semakin nyata perannya, secara umum pelayanan tersebut meliputi bagai mana kecepatan melayani pelanggan sebelum berbelanja dan pada saat berbelanja.Dengan demikian usaha eceran harus mampu mencoba sedemikian rupa agar pelayanan yang dirasakan pelanggan meningkat serta sesuai dengan kehendak pelanggan.
Unsure pelayangan adalah unsure yang memiliki peranan penting dalam persaingan non- harga dengan pengecer-pengecer lain. Unsure-unsur pelayanan menjadi nyata bagi perusahaan dalam bersaing dengan para pesaingnya karena unsure pelayanan sangat sulit ditiru oleh pesaing. Menurut Kotler (2002 : 446) yang di alih bahasakan oleh AB. Susanto membagi pelayanan menjadi dua bagian yaitu prlayanan primer dalam usaha eceran antara lain adalah pembayaran kredit, pengantaran, penanganan keluhan, penanganan parker, ruang istirahat termasuk toilet. Sedangkan yang termasuk pelayanan pendukung antara lain :  pembungkusan, inpormasi lokasi barang, konsultasi dan informasi pembelian, tempat penitipan barang. Pelayanan adalah salah sato faktot pembeli nilai nilai tambah bagi peritel, atau pritel dapat memilih kombinasi ragam prodak dan tingkat pelayanan sebagai positioning.

6.      Suasana Dalam Toko ( Atmosfer )
Jika iklan bertujuan memberitahu, menarik, memikat atau mendorong konsumen, untuk datang ke gerai dan untuk membeli barang, maka suasana toko atau atmosfer dalam gerai atau toko berperan penting mengikat pembeli, membuat nyaman mereka dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mreka prodak apa yang perlu di miliki baik untuk keperluan pribadi maupun keperluan rumah tangga. Gerai kecil yang tertata rapih dan menarik akan lebih mengundang pembeli di bandingkan gerai yang di atur biasa saja tapi bersih lebih menarik dari pada gerai yang tidak di atur sama sekali dan tampak kotor.
Suasana dalam gerai menggambarkan moment of truth, yaitu situasi langsung yang di rasakan konsumen pada saat berbelanja.Jika seting dari suasana itu optimal maka peritel (dengan gerai yang di kunjungi konsumen) akan dapat menyentuk emosi konsumen dan member pengalaman berbelanja. Desain toko yang baik akan menarik banyak konsumen untuk datang, desain toko merupakan strategi penting untuk menciptakan suasana yang akan membuat pelanggan merasa betah berada dalam suatu gerai atau toko. Desai toko, yaitu desain interior yang mencakup tata letak rak-rak barang, aksesoris toko, dan desain eksterior mencakup lay-out, pintu masuk, dan jalan masuk.
Menurut Berman dan Evans (2004;105) dalam buku Foster (2008:51) untuk bentuk toko yang berdasarkan Store Based Retail terdapat strategi bauran penjualan eceran terdiri dari lokasi departement store (store location) prosedur pembelian/pelayanan (operating procedures), produk/barang yang ditawarkan (good offered), harga barang (pricing tactics), suasana departement store (store atmosphere), karyawan (custumer services), dan metode promosi (promotional methods).

Ketujuh hal inilah yang dijadikan acuan pembahasan aplikasi bauran pemasaran di PT. Yomart Cabang Samarang Garut dimana pembahasan adalah hasil wawancara dan kaitannya dengan teori bauran penjualan.

Manfaat Bauran Eceran

Suatu bisnis eceran dapat berkembang dengan baik jika strategi- strategi yang digunakan telah diterapkan dengan baik pula. Selain tujuan dari bauran eceran adapun manfaat yang didapat perusahaan, diantaranya sebagai berikut :
1.    Target perusahaan dapat tercapai.
2.    Kegiatan perusahaan dapat terkoordinir dengan  baik.
3.    Membentuk citra baik perusahaan dimata konsumen.
4.    Menambah omzet penjualan perusahaan.

5.    Memberi masukan yang baik untuk perkembangan perusahaan.

STRATEGI DASAR BISNIS PERUSAHAAN RETAIL & PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PERUSAHAAN RETAIL TERSEBUT

Saat ini usaha bisnis bisnis retail atau usaha retail merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek yang baik dan terus berkembang. Maka dari itu banyak perusahaan konsultan, jasa konsultan, konsultan bisnis dan konsultan usaha retail untuk mambantu para pebisnis retail. Pengelolaan bisnis usaha, bisnis retail atau usaha retail membutuhkan kesiapan pengelola dalam semua sisi manajemen. Kelemahan dalam satu sisi manajemen ritel akan membuat peritel mengalami kendala dalam mengelola dan memacu industri usaha bisnis ritel bekerja dengan baik dan cepat.
Apa itu perusahaan Retail?, ada baiknya kita ketahui pengertian retail itu sendiri. Retail adalah bagian akhir dari proses panjang sebuah pemasaran. Dalam artinya, proses penjualan suatu produk yang ditujukan langsung untuk kebutuhan consumer akhir.
Perusahaan Retail adalah, perusahaan yang mengincar konsumen atau pembeli akhir. Dengan begitu, persebarannya pun tidak akan berpusat pada satu titik keramaian, tetapi menyebar ke hamper seluruh pelosok suatu daerah.
Manajemen strategi ritel mencakup : 1.) target market peritel. 2.) strategi peritel untuk memuaskan atau mencukupi kebutuhan pasar. 3.)dasar peritel untuk menciptakan competitive advantage. Target market adalah sasaran dimana peritel fokus menggarap pasar sasarannya. Sedangkan format ritel adalah bagaimana peritel mampu melakukan strategi ritel mix atau strategi bauran yaitu berupa type merchandise, pelayanan yg diberikan, strategi harga, strategi promosi dan advertising, strategi lay out dan design, tipikal lokasi dan customer services). Sedangkan competitve advantage adalah keunggulan peritel atas kompetisi yang ada yang tidak dapat dilakukan oleh kompetitor dan dapat diterapkan dalam jangka waktu yang lama. Strategi competitive advantage adalah hal yang paling penting dalam strategi pemasaran ritel. Membangun competitive advantage berarti bahwa peritel sedang membangun benteng yang kuat di pasar kompetisi pasar ritel. Ketika peritel berhasil membangun competitive advantage dengan kuat dan kokoh akan sulit bagi kompetitor untuk mencontoh atau mengikuti strategi competitive advantage ini dalam merebut pasar dan pelanggan.
Ada tujuh peluang penting bagi peritel untuk membangun competitive advantage : 1. ) customer loyalty. 2.)lokasi. 3.)manajemen sumber daya manusia. 4.)sistem informasi dan distribusi. 5.) merchandise yang unik. 6.) hubungan dengan supply chain. 7.)customer service.
Secara konvensional, ada 9 syarat dalam strategi ritel :
1.      Lokasi
2.      Merchandise
3.      Values
4.      Komunikasi
5.      Pelayanan
6.      Sistem
7.      Supplyer
8.      Logistik
9.      Poeple (Orang yang menjalankan 8 syarat itu)
Meski merupakan konsep konvensional/konsep lama, namun masih banyak perusahaan yang belum menjalankannya. Padahal konsep itu harus dilaksanakan agar produk dikenal oleh masyarakat, dan distribusi berjalan dengan baik.
Belum sukses untuk menjalankan strategi ritel dan distribusi konvensional tersebut, saat ini sudah muncul konsep baru, yang datang seiring perkembangan teknologi terutama teknogi informasi. Dengan era dunia maya saat ini, maka strategi ritel dan distribusi lewat internet tidak bisa dihindari.
Kalau dulu lokasi adalah segalanya, maka dengan perkembangan teknologi lokasi tidak lagi menjadi yang paling penting. Karena dengan internet lokasi yang jauh bisa menjadi dekat.

Ritel Shop harus mengikti perkembangan teknologi, dengan mempunyai website. Website ini selain untuk menginformasikan dan mempromosikan produk, juga untuk melayani konsumen yang ingin bertransaksi secara online.

Konsep Pemasaran

Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan berorientasi kepada kebutuhan konsumen. Hal ini secara asasi berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu yang berorientasi pada produk, dan penjualan.
Secara definitif dapatlah dikatakan bahwa: Konsep Pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan (Stanton, 1978).
Tiga unsur konsep pemasaran:
Orientasi pada Konsumen
Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral

Kepuasan Konsumen

Manajemen pemasaran

Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan (Dharmmesta & Handoko, 1982).
Secara definisi, Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan (Kotler, 1980).
Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut "Konsep Pemasaran".

Empat Pilar Manajemen Pemasaran

Dalam ilmu pemasaran, dikenal adanya elemen 4 P atau merupakan singkatan dari product, promotion, place dan price. Mari kita membahasnya satu per satu secara renyah, dengan disertai beragam contoh aktual. Slide powerpoint presentasi yang amat menarik mengenai Manajemen Pemasaran dapat Anda lihat DISINI.

Toyota Kijang Innova, Sepatu Nike, ponsel Nokia, Busway, tabungan BCA, ataupun praktek tukang gigi dan jasa paranormal, merupakan contoh beragam produk yang siap dipasarkan. Ada produk yang berupa barang berbentuk fisik (seperti rokok, ponsel, ataupun sepeda motor), dan adapula yang berbentuk jasa, semacam jasa tabungan, jasa telekomunikasi, ataupun jasa perawatan tubuh dan spa.

Dalam konsep produk, kita mengenal produk premium atau produk yang memiliki diferensiasi, fitur unik, dan berkelas, sehingga layak diberi harga yang lebih mahal. Contoh : mobil BMW, Porsche, jam tangan Gucci, dasi Giani Versace ataupun laptop Fujitsu. Pada sisi lain, terdapat konsep produk me too, yakni produk yang didesain dengan menjadi imitator dari produk yang lebih dulu masuk ke pasar dan sukses. Giv adalah me too dari Lux ataupun HiTech adalah ponsel lokal yang mencoba meniru aneka produk Nokia.

Promosi adalah langkah yang perlu dilakukan untuk mengenalkan dan juga membujuk para calon pembeli agar mau mengeluarkan uang buat membeli produk kita. Dalam promosi sendiri dikenal adanya promotion mix, atau kombinasi program promosi yang berujud dalam empat elemen kunci, yakni promosi melalui iklan, melalui publikasi, melalui sales promotion, dan melalui personal selling.

Place artinya apakah produk kita akan dijual di lapak kakilima atau di outlet megah Metro di Plaza Senayan. Place menyangkut strategi distribusi yang hendak kita lakukan. Terdapat toga model distribusi, yakni distribusi eksklusif, distribusi selektif, dan distribusi intensif. Distribusi eksklusif hanya memasarkan produk dan jasa pada outlet yang terbatas guna menjaga prestise dan reputasi produk. Kaos Joger misalnya hanya dipasarkan di satu lokasi, yakni di Kuta, Bali. Sementara jam tangan Audemar Piaget juga hanya dipasarkan pada outlet terpilih di mal-mal kelas atas. Distribusi selektif adalah rangkaian produk yang misalnya hanya dijual di outlet modern, semacam Carefour, Hero dan Indomart, dan tidak dijual di pasar-pasar tradisional. Sementara distribusi intensif merupakan produk yang dipasarkan ke seluruh jenis pasar, baik modern ataupun tradisional, dan mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Pricing adalah menyangkut strategi kita dalam menetapkan harga produk. Seperti disebutkan diatas, untuk produk-produk dengan diferensiasi yang kuat, kita bisa menetapkan harga premium. Misalnya adalah sepeda motor Harley Davidson ataupun mobil Porsche. Ada juga produk yang dijual dengan strategi low cost. Misal jasa telpon yang ditawarkan para operator cdma seperti Esia dan Fleksi.

Selain itu, terdapat tiga jenis strategi penetapan harga. Yang pertama adalah strategi harga berdasarkan biaya, dimana pemasar menentukan harga dengan menghitung biaya-biaya, biaya overhead, dan kemudian menambahkan margin keuntungan yang diinginkan. Strategi kedua adalah strategi harga berdasarkan permintaan, atau pemasar menentukan harga setelah meneliti keinginan konsumer dan memastikan range harga yang dapat diterima oleh target pasar. Yang terakhir adalah strategi harga berdasar pola persaingan. Disini pemasar menentukan harga berdasar kondisi harga yang ditawarkan pesaing. Harga mungkin berada di bawah pasar, sesuai pasar, atau di- atas pasar, tergantung pada kesetiaan pelanggan, reputasi, dan kondisi lingkungan persaingan.



Manfaat dengan adanya “Training Service Exellent untuk karyawan” bagi karyawan dan bagi pemilik perusahaan retail

Idealnya, ekonomi kapitalis semakin hari semakin efisien. Meskipun begitu keuntungan dari efisiensi tersebut tidak selalu sama dalam pendistribusiannya. Terkadang hal tersebut didapatkan oleh pemilik bisnis dalam bentuk harga yang tinggi, terkadang didapatkan oleh konsumen dalam wujud harga yang lebih rendah, dan lain waktu giliran para tenaga kerja dalam bentuk kenaikan gaji.
Namun, Anda tidak perlu menjadi ekonom untuk tahu bahwa dalam beberapa generasi terakhir para pekerja tidak terlalu sering memperoleh keuntungan tersebut. Laba perusahaan secara stabil mengalami peningkatan, konsumen memperoleh penawaran produk yang semakin beragam dan terjangkau, sementara gaji pegawai mengalami stagnasi.
Era persaingan global memaksa perusahaan memangkas pengeluaran semaksimal mungkin. Dan pilihan biaya yang akan dipangkas seringkali jatuh pada investasi tenaga kerja. Hal ini membuat gaji dan tunjangan bagi pegawai dengan skill rendah mengalami penurunan.
Tapi bagaimana jika logika di balik pemikiran bahwa pekerja ritel adalah biaya ketimbang aset tidak tepat? Hal inilah yang dikatakan oleh Zeynep Ton, profesor manajemen operasi di MIT’s Sloan School of Management. Hasil riset yang ia lakukan menunjukkan bahwa investasi yang rendah pada sumber daya manusia membuat retailer jauh tidak efisien dalam operasional mereka, dan hal ini membuatnya menjadi kurang menguntungkan.
“Jaringan ritel yang sukses, seperti QuickTrip, Mercadona, Trader Joe, dan Costco tidak hanya berinvestasi cukup besar pada pegawai-pegawai mereka, tapi juga menawarkan harga termurah di indusri mereka, mempunyai performa finansial yang tidak tergoyahkan, serta memberikan layanan pelanggan lebih baik dibanding para pesaingnya,” begitu tulis Zeynep dalam makalah yang dimuat dalam Harvard Business Review.
Tentu tidak semua retailer menanggapi positif hasil riset Zeynep. Beberapa memandang skeptis hal tersebut. Mereka mengatakan bahwa investasi pada pegawai hanya berlaku bagi retailer yang diferensiasinya pada barang atau jasa. Hal tersebut tidak berlaku bagi mereka yang berada pada sektorlow-cost. Tapi Zeynep membuktikan sebaliknya.
Menurutnya, retailer yang memiliki harga jual produk atau jasa yang rendah dapat berinvestasi pada pegawainya karena mereka dapat berhemat pada area tersebut dengan memiliki tenaga kerja yang terlatih dan termotivasi.
“Dalam kunjungan lapangan, saya terus-menerus menemukan bahwa dengan berbagai produk, promosi, dan area penyimpanan, sebuah tugas yang seharusnya sederhana – seperti menyusun pasta gigi di rak – pada praktik tidak sesederhana itu. Cara kerja yang secara mengejutkan sangat kompleks mensyaratkan sesuatu yang hanya dapat dilakukan manusia, yaitu pertimbangan. Bayangkan para pegawai yang mendapatkan upah yang buruk, tidak terlatih, dan tidak termotivasi harus memonitor produk mana yang telah terjual, memutuskan mana yang harus tetap dijual, produk mana yang harus masuk dan keluar dari gudang, serta mengingat barang apa berada dimana,” jelas Zeynep panjang lebar.
Setelah membaca pemaparan Zeynep, Anda tentu tidak lagi berpikir dapat memandang enteng peran para pegawai Anda, bukan? Pegawai adalah aset Anda yang sangat berharga, jadi berinvestasilah secara pantas untuk para pegawai Anda. (www.retailcustomerexperience.com)
Manfaat Training Service Excellent bagi karyawan
Kompetisi dalam dunia bisnis sangat ketat, tingkat persaingan bisnis dari hari kehari bukannya makin melemah, tetapi justru semakin menguat. Perusahaan yang dapat memberikan pelayanan terbaiklah yang akan memenangkan kompetisi itu, oleh karena itu setiap perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan kualitas pelayanannya. Ingat ! kompetitor anda tidak tidur ! kompetitor bisnis anda dari hari ke hari terus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanannya. Bagaimana dengan anda? ya benar sekali, anda harus terus meningkatkan kualitas pelayanan sampai pada level "Service Excellent". Untuk menerapkan service excellent, mau tidak mau anda harus memberikan bekal yang cukup pada karyawan anda tentang apa dan bagaimana service excellent itu. Oleh karena itu jangan ragu untuk memberikan pelatihan atau training service excellent pada seluruh karyawan anda.
Manfaat training service excellent bagi karyawan sangat banyak sekali diantaranya, karyawan akan mengetahui bagaimana cara memberikan pelayanan kepada pelanggan agar pelanggan puas.
Dalam melakukan service excellent faktor kompetensi, pengetahuan tentang pelanggan dan harapan pelanggan sangat memegang perasan penting serta yang tidak kalah pentingnya adalah, anda harus sudah memiliki standar mutu kerja yang tinggi.

(http://hrd-forum.com/HRDIndonesia/Article/manfaat-training-service-excellent-bagi-karyawan)

Pengertian Usaha Eceran/Ritel

Kata Ritel berasal dari bahasa perancis, ‘retailler’ , yang berarti memotong atau memecahkan sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Eceran berarti secara satu-satu; sedikit-sedikit (tentang penjualan atau pembelian barang); ketengan. Usaha eceran/ritel adalah semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan atau pembelian barang, jasa ataupun keduanya secara sedikit-sedikit atau satu-satu langsung kepada konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi, keluarga, ataupun rumah tangga dan bukan untuk keperluan bisnis (dijual kembali). Usaha eceran atau ritel tidak hanya terbatas pada penjualan barang, seperti sabun, minuman, ataupun deterjen, tetapi juga layanan jasa seperti jasa potong rambut, ataupun penyewaan mobil.
      Usaha eceran/ritel pun tidak harus selalu di lakukan di toko, tapi juga bisa dilakukan melalui telepon atau internet, disebut juga dengan eceran/ritel non-toko.
Secara garis besar, usaha ritel yang berfokus pada penjualan barang sehari-hari terbagi dua, yaitu usaha ritel tradisional dan usaha ritel modern. Ciri-ciri usaha ritel tradisional adalah sederhana, tempatnya tidak terlalu luas, barang yang dijual tidak terlalu banyak jenisnya, sistem pengelolaan / manajemennya masih sederhana, tidakmenawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar-menawar  harga dengan  pedagang, serta produk yang dijual tidak dipajang secara terbuka sehingga pelanggan tidak mengetahui apakah peritel memiliki  barang yang dicari atau tidak.
Sedangkan usaha ritel modern  adalah sebaliknya, menawarkan tempat  yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistem manajemen terkelola dengan baik, menawarkan kenyamanan berbelanja, harga jual sudah tetap (fixed price) sehingga tidak ada proses tawar-menawar dan adanya sistem swalayan / pelayanan mandiri, serta pemajangan produk pada rak terbuka sehingga pelanggan bisa  melihat, memilih,
bahkan mencoba produk terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli.

B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Usaha Ritel

Ada tiga faktor yang dapat mendorong usaha ritel berhasil, antara lain sebagai berikut.
1.      Lokasi Usaha
Faktor utama yang harus diperhatikan dalam memulai atupun mengembangkan usaha ritel adala faktor lokasi. Panduan dalam memilih lokasi usaha ritel yang baik menurut Guswai (2009) adalah sebagai berikut.:
a.       Terlihat (visible)
Lokasi usaha ritel yang baik adalah harus terlihat oleh banyak orang yang lalu lalang di lokasi tersebut.
b.      Lalu lintas yang padat (heavy traffic)
Semakin banyak lokasi usaha ritel dilalui orang, maka semakin banyak orang yang tahu mengenai usaha ritel tersebut.
c.       Arah pulang ke rumah (direction to home)
Pada umumnya, pelanggan berbelanja di suatu toko ritel pada saat pulang ke rumah. Sangat jarang orang berbelanja pada saat akan berangkat kerja.
d.      Fasilitas umum (public facilities)
Lokasi usaha ritel yang baik adalah dekat dengan fasilitas umum seperti terminal angkutan umum, pasar, atau stasiun kereta. Fasilitas umum tersebut bisa menjadi pendorong bagi sumber lalu lalang calon pembeli/pelanggan untuk kemudian berbelanja di toko ritel. Hal ini disebut dengan impulsive buying atau pembelian yang tidak direncanakan.
e.       biaya akuisisi (acquisition cost)
Biaya merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam berbagai jenis usaha. Peritel harus memutuskan apakah akan membeli suatu lahan atau menyewa suatu lokasi tertentu. Peritel hendaknya melakukan studi kelayakan dari sisi keuangan untuk memutuskan suatu lokasi usaha ritel tertentu.
f.        Peraturan/perizinan (regulation)
Dalam menentukan suatu lokasi usaha ritel harus juga mempertimbangkan peraturan yang berlaku. Hendaknya peritel tidak menempatkan usahanya pada lokasi yang memang tidak diperuntukan untuk usaha, seperti taman kota dan bantaran sungai.
g.      Akses (access)
Akses merupakan jalan masuk dan keluar menuju lokasi. Akses yang baik haruslah memudahkan calon pembeli/pelanggan untuk sampai ke suatu usaha ritel. Jenis-jenis hambatan akses bisa berupa perubahan arus lalu lintas atau halangan langsung ke lokasi toko, seperti pembatas jalan.
h.      Infrastruktur (infrastructure)
Infrastruktur yang dapat menunjang keberadaan suatu usaha ritel, antara lain lahan parkir yang memadai, toilet, dan lampu penerangan. Hal tersebut dapat menunjang kenyamanan pelanggan dalam mengunjungi suatu toko ritel.
i.        Potensi pasar yang tersedia (captive market
Pelanggan biasanya akan memilih lokasi belanja yang dekat dengan kediamannya. Menetapkan lokasi usaha ritel yang dekat dengan pelanggan akan meringankan usaha peritel dalam mencari pelanggan.
j.        Legalitas (legality)
Untuk memutuskan apakah membeli atau menyewa sebuah lokasi untuk menempatkan usaha, peritel harus memastikan bahwa lokasi tersebut tidak sedang memiliki masalah hukum (sengketa). Segala perjanjian jual beli maupun sewa-menyewa hendaknya dilakukan di hadapan notaris. Pihak notaris akan memeriksa kelengkapan dokumen sebelum melakukan pengesahan jual beli ataupun sewa-menyewa.

Kesalahan dalam menentukan lokasi usaha ritel dapat memiliki dampak jangka panjang. Peritel harus mempertimbangkan biaya yang sudah dikeluarkan ketika menjalankan usaha ritel seperti pemasangan listrik, jaringan sistem komputer, dan dekorasi bangunan. Memindahkan bisnis ke lokasi yang baru yang dinilai akan lebih menguntungkan juga bukan hal yang mudah karena harus mempertimbangkan barbagai hal, seperti luas ruangan yang dibutuhkan, dekorasi ruangan, perizinan, dan lain sebagainya.

2.      Harga yang tepat
Usaha ritel biasanya menjual produk-produk yang biasa dibeli/dikonsumsi pelanggan sehari-hari. Oleh karena itu, pelanggan bisa mengontrol harga dengan baik. Jika suatu toko menjual produk dengan harga yang tinggi, maka pelanggan akan pindah ke toko lain yang menawarkan harga yang lebih rendah, sehingga toko menjadi sepi pelangaan. Sebaliknya, penetapan harga yang terlalu murah mengakibatkan minimnya keuntungan yang akan diperoleh, sehingga peritel belum tentu mampu menutup biaya-biaya yang timbul dalam menjalankan usahanya.

3.      Suasana toko
Suasana toko yang sesuai bisa mendorong pelanggan untuk datang dan berlama-lama di dalam toko, seperti memasang alunan musik ataupun mengatur tata cahaya toko. Ada dua hal yang perlu di perhatikan untuk menciptakan suasana toko yang menyenangkan, yaitu eksterior toko dan interior toko.
a.       Eksterior  toko, meliputi keseluruhan bangunan fisik yang bisa dilihat dari bentuk bangunan, pintu masuk, tangga, dinding, jendela dan sebagainya. Eksterior toko berperan dalam mengounikasikan informasi tentang apa yang ada didalam gedung, serta dapat membentuk citra terhadap keseluruhan tampilan toko.
b.      Interior toko, meliputi estetika toko, desain ruangan, dan tata letak toko, seperti penempatan barang, kasir, serta perlengkapan lainnya
Jika pelanggan menangkap eksterior toko dengan baik, maka ia akan termotivasi untuk memasuki toko. Ketika pelanggan sudah  memasuki toko, ia akan memperhatikan interior toko dengan cermat. Jika pelanggan memiliki persepsi / anggapan yang baik  tentang suatu toko, maka ia akan senang dan betah berlama-lama didalam toko.
      Selain eksterior dan interior  toko, faktor penting lainnya yang memengaruhi keberhasilan toko adalah pramuniaga. Pramuniaga menentukan puas tidaknya pelanggan setelah berkunjung sehingga terjadi transaksi jual beli ditoko tersebut. Pramuniaga yang berkualitas  sangat menunjang kemajuan toko. Pramuniaga sebaiknya mampu menarik simpati pelanggan dengan segala keramahannya, tegur sapanya, informasi yang diberikan, cara bicara, dan suasana yang bersahabat.


C. Peran dan Fungsi Usaha Ritel

1.     Peran Usaha Ritel
Produsen menjual produknya kepada grosir (wholesaler). Kemudian grosir menjualnya kepada pedagang eceran / ritel ( pengecer / peritel). Pengecer  / peritel adalah orang-orang atau toko yang kegiatan utamanya mengecerkan barang. Mereka menjual barang pada konsumen akhir. Pemasaran ritel ini sangat penting artinya bagi produsen karena melalui usaha  ritel, produsen dapat memperoleh informasi berharga mengenai produknya. Produsen dapat mewawancarai peritel mengenai pendapat konsumen mengenai bentuk, rasa, daya tahan, harga dan segala sesuatu mengenai produknya. Selain itu juga dapat diketahui mengenai kondisi perusahaan pesaing. Produsen dan peritel dapat menjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Produsen dapat memasang iklan, mengadakan undian, atau memberi hadiah kepada konsumen melalui toko-toko peritel. Kadang kala ada produsen  yang langsung memberikan bonus kepada peritel.
     Usaha ritel memberikan kebutuhan ekonomis bagi pelanggan melalui lima cara, antara lain :
a. Memberikan suplai / pasokan barang dan jasa pada saat dan ketika dibutuhkan konsumen/pelanggan dengan sedikit atau tanpa penundaan. Usaha ritel biasanya berlokasi didekat rumah pelanggan, sehingga pelanggan bisa dengan segera mendapatkan suatu produk tanpa perlu menunggu lama.
b.      Memudahkan konsumen/pelanggan dalam memilih atau membandingkan bentuk, kualitas, dan barang serta  jasa yang ditawarkan. Pelanggan mungkin hanya ingin lebih dari sekedar mendapatkan barang yang diinginkan pada tempat yang nyaman. Mereka hampir ingin selalu belanja di mana bisa mendapatkan kemudahan memilih, membandingkan kualitas, bentuk, dan harga dari produk yang diinginkan. Dalam menarik dan memuaskan pelanggan, para peritel biasanya akan berusaha menciptakan suasana belanja yang nyaman.
c.       Menjaga harga jual tetap rendah agar mampu bersaing dalam memuaskan pelanggan.
d.   Membantu meningkatkan standar hidup masyarakat. Produk yang dijual dalam usaha ritel, tergantung pada apa yang dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat. Upaya promosi yang dilakukan, tidak hanya memberikan informasi kepada masyarakat mengenai beragam produk barang dan jasa, tetapi juga dapat meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli. Hasil akhirnya adalah peningkatan standar hidup dan penjualan produk.
e.     Adanya usaha ritel juga memungkinkan dilakukannya produksi besar-besaran (produksi massal). Produksi massal tidak akan dapat dilakukan tanpa sistem pengecer yang efektif dalam mendistribusikan produk yang dibuat secara massal bagi pelanggan.
Peran ritel dalam kehidupan perekonomian secara keseluruhan, yaitu sebagai pihak akhir (final link) dalam suatu rantai produksi, yang dimulai dari pengolahan bahan baku, sampai dengan distribusi barang (dan jasa ) ke konsumen akhir.

2.     Fungsi Usaha Ritel
fungsi usaha ritel dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan antara lain :
a.       Melakukan kegiatan usahanya di lokasi yang nyaman dan mudah di akses pelanggan, seperti di sekitar rumah-rumah penduduk,
b.      Memberikan beragam produk sehingga memungkinkan pelanggan bisa memilih produk yang diinginkan,
c.       Membagi produk yang besar sehingga dapat dijual dalam kemasan/ukuran yang kecil,
d.      Mengubah produk menjadi bentuk yang lebih menarik. Adakalanya untuk meningkatkan penjualan, peritel menggunakan promosi beli satu gratis satu. Dalam hal ini, produk dikemas secara menarik sehingga pelanggan tertarik untuk
e.       Menyimpan produk agar tetap tersedia pada harga yang relatif tetap,
f.       Membantu terjadinya perubahan (perpindahan) kepemilikan barang, dari produsen ke konsumen,
g.      Mengakibatkann perpindahan barang melalui sistem distribusi,
h.      Memberikan informasi, tidak hanya ke pelanggan, tapi juga ke pemasok,
i.        Memberikan jaminan produk, layanan purna jual, dan turut menangani keluhan pelanggan,
j.        Memberikan fasilitas kredit dan sewa. Contohnya, jasa penyewaan mobil yang kegiatan usahanya menyewakan mobil, atau toko kmoputer yang menyediakan fasilitas pembelian komputer jinjing (laptop) secara kredit.

D. Kelebihan Dan Kekurangan Usaha Ritel

Usaha ritel memiliki kelebihan dan kekurangannya dalam kegiatannya. Kelebihan dan kekurangan usaha ritel, antara lain sebagai berikut.

1.      Kelebihan Usaha Ritel
Kelebihan usaha ritel, antara lain :
a.       Modal yang diperlukan cukup kecil, namun keuntungan yang diperoleh cukup besar.
b.      Umumnya lokasi usaha ritel strategis. Mereka mendekatkan tempat wisata dengan tepat berkumpul konsumen, seperti didekat pemukiman penduduk, terminal bis, atau kantor-kantor.
c.       Hubungan antara peritel dengan pelanggan cukup dekat, karena adanya komunikasi dua arah antara pelanggan dengan peritel.
2.      Kekurangan Usaha Ritel
Kekurangan usaha ritel, antara lain :
a.       Keahlian dalam mengelola toko ritel berskala kecil kurang diperhatikan oleh peritel. Usaha ritel berskala kecil terkadang dianggap hanyalah sebagai pendapatan tambahan sebagai pengisi waktu luang, sehingga peritel kurang memperhatikan aspek pengelolaan usahanya.
b.      Administrasi (pembukuan) kurang atau bahkan tidak diperhatikan oleh peritel, sehingga terkadang uang atau modalnya habis tidak terlacak
c.       Promosi usaha tidak dapat dilakukan dengan maksimal, sehingga ada usaha ritel yang tidak diketahui oleh calon pembeli atau pelanggan.

E. Analisis Kebijakan Pemerintah

Banyaknya peritel asing dari luar negeri, seperti lotte mart, carrefour, dan  giant bisa membuat para peritel lokal kesulitan untuk bersaing. Untuk melindungi pengusaha lokal / dalam negeri, pemerintah telah memberlakukan beberaapa peraturan ,diantaranya dengan mengeluarkan peraturan presiden no. 112 tahun 2007 , mengenai penataan dan pembinaan pasar tradisional , pusat perbelanjaan , dan toko modern. Dalam peraturan ini , pemerintah menetapkan zona/luas wilayah usaha pasar tradisional (toko, kios, dan toko modern. Batas luas lantai penjualan toko modern adalah sebagai berikut :
a.       Minimarket, kurang dari 400 m2;
b.      Supermarket, 400 m2 s.d 5000 m2;
c.       Hypermarket, di atas 5000 m2;
d.      Department store, di atas 400 m2;
e.       Perkulakan, di atas 5000 m2.

lokasi toko modrn harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten dan rencana detail tata ruang kabupaten/kota termasuk peraturan zonasinya. Pendirian toko modern juga wajib memperhatikan jarak lokasi usahanya misalnya dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya. Peraturan yang mengatur mengenai jarak antara toko modern dengan pasar tradisional di atur dalam peraturan daerah. Misalnya untuk wilayah DKI jakarta, hal ini diatur dalam pasal 10 peraturan daerah provinsi DKI jakarta no. 2 tahun 2002, tentang perpasaran swasta. Dalam pasal ini ditentukan mengenai jarak sarana/tempat usaha sebagai berikut :
a.       Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya 100 m2 s.d 200 m2 harus berjarak radius 0,5 km dari pasar lingkungan dan terletak di sisi jalan lingkungan/kolektor/arteri;
b.      Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 200 m2 harus berjarak radius 1,0 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan kolektor/arteri;
c.       Usha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 1000 m2 s.d 2000 m2 harus berjarak radius 1,5 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan kolektor/arteri;
d.      Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 2000 m2 s.d 4000 m2 harus berjarak radius 2 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan kolektor/arteri;
e.       Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 4000 m2 harus berjarak 2,5 km dari pasar lingkungan dan harus terletak di sisi jalan kolektor/arteri.
Selain melalui peraturan presiden, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) juga turut mengawasi persaingan yang terjadi antara peritel besar/modern dengan peritel kecil/pasar tradisional.



A.    Klasifikasi Usaha Ritel
Usaha ritel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala usaha dan teknik memasarkan produk. Simak uraian berikut.
1.      Berdasarkan skala usaha
Berdasarkan skala usahanya, usaha ritel dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu ritel besar (peritel berskala besar), dan ritel kecil (peritel berskala kecil).
a.       Ritel besar
Perdagangan ritel berskala besar menyediakan satu jenis barang ataupun berbagai barang kepada sejumlah besar pelanggan dalam suatu toko besar. Dalam kegiatan usahanya, peritel berskala besar menyediakan kenyamanan bagi pelanggan, baik berupa interior dan eksterior toko, maupun keramahan pelayanan yang diberikan wiraniaganya. Produk yang biasa ditawarkan oleh peritel berskala besar, antara lain pakaian, alat-alat elektronik, dan  juga produk-produk impor.

Ciri-ciri peritel besar, antara lain:
·         Membeli produk langsung dari produsen dalam jumlah besar, sehingga menghindari penggunaan perantara dalam pembelian produknya,
·         Menyediakan layanan kepada sejumlah besar pelanggan, misalnya dengan memberikan layanan antar barang kerumah pelanggan,
·         Ukuran tokonya  lebih besar daripada ritel berskala kecil,
·         Membutuhkan modal yang besar untuk memulai dan menjalankan usahanya.
            Contoh dari toko ritel berskala besar adalah specialty store, department store, super market, discount house, hyper market, general store, dan chain store.
b.      Ritel kecil
Peritel berskala kecil disebut dengan ritel tradisional. Ragam produk yang ditawarkan biasanya tidak sebanding yang ditawarkan peritel besar. Misalnya untuk produk sabun  mandi, jenis merek yang ditawarkan peritel kecil mungkin tidak terlalu banyak nilai dibandingkan peritel besar. Usaha ritel kecil dapat dibagi menjadi dua, yaitu usaha ritel kecil berpangkal dan tidak berpangkal.

1)      Usaha ritel berpangkal
Usaha ritel berpangkal ini ada yang memiliki lokasi tetap, seperti warung atau kios, dan ada yang memiliki lokasi tidak tetap, seperti pedagang kaki lima.  Lokasi warung atau kios biasanya menjadi satu dengan tempat tinggal pemiliknya, dengan luas yang tidak terlalu besar, sehingga pelanggan tidak bisa memilih secara langsung barang yang akan dibeli. Sedangkan pedagang kaki lima memiliki kegiatan usaha yang tidak terorganisir dengan baik, tidak memiliki surat ijin usaha, byasanya bergerombol di trotoar  jalanan.
2)      Usaha ritel tidak berpangkal
Jenis usaha  ritel ini tidak memiliki suatu lokasi kusus dalam melakukan kegiatan usahanya ( berpindah-pindah). Jenis usaha ritel ini menggunakan alat dalam kegiatan usahanya, seperti roda dorong, sepeda, atau alat pikul. Produk yang ditawarkan biasanya berupa buah-buahan dan sayur-mayur.

2.      Berdasarkan teknik memasarkan produk
Sebagian besar usaha ritel dilakukan melalui toko (in-store retailing), namun perkembangan usaha ritel non-toko atau ritel yang tidak dilakukan di toko (non-store retailing), tumbuh jauh lebih cepat daripada toko ritel. Ritel non-toko berarti penjualan barang atau jasa kepada konsumen/pelanggan melalui saluran selain toko, seperti surat, telepon, atau internet.
a.       In-store retailing
Dalam in-store retailing, transaksi antara pembeli dan penjual dilakukan di suatu tempat tertentu seperti toko atau warung. In-store retailing terbagi kedalam tiga kategori, yaitu :
1)      Specialty merchandisers
Toko ritel jenis ini terdiri atas :
·         Single-line stores, merupakan toko ritel yang menawarkan satu lini produk barang dagangan, dengan cukup banyak pilihan yang disajikan. Contohnya pada toko buku, tersedia 20 jenis buku yang membahas mengenai kewirausahaan.
·         Limited-line stores, merupakan toko ritel yang menawarkan pilihan barang dagangan yang lebih sempit di bandingkan dengan single-line stores. Toko roti merupakan contoh dari limited-line stores pada kategori makanan.
·         Specialty shops, merupakan toko riel yang menjual barang-barang secara khusus dengan mengkonsentrasikan diri pada beberapa jenis barang dagangan tertentu. Misalnya toys “R” Us yang hanya menjual mainan anak-anak. Specialty shops merupakan toko ritel yang lebih fokus dan berhati-hati dalam menentukan segmen pasar dan penyedia barang dagangan dengan target pasar yang sangat khusus.
2)      General merchandiser
Toko ritel jenis ini terdiri atas :
·         General stores, merupakan toko ritel yang menyediakan lini produk yang lebih luas dan memiliki pilihan yang lebih sedikit dibandingkan dengan single-line stores. General stores merupakan toko non-departemen yang menjual beragam barang kebutuhan pokok seperti gula, tepung, dan obat-obatan. Kategori tersebut bisa bertahan di daerah-daerah pedesaan atau kota-kota kecil dengan konsentrasi penduduk yang terbatas dan lebih banyak membutuhkan pelayanan secara umum, daripada pelayanan khusus yang bagi mereka kurang penting.
·         Variety stores, merupakan toko ritel yang menyediakan banyak kategori barang dagangan, namun dengan pilihan yang terbatas. Misalnya pada kategori makanan kaleng, tersedia lengkap mulai dari makanan kaleng daging, buah-buahan, dan sayuran kaleng.
·         Departement stores, merupakan toko yang besar dan terbagi kedalam beberapa bagian departemen dan menawarkan beragam produk. Barang-barang yang biasa dijual di departement store antara lain pakaian dan perlengkapan rumah tangga, atau dengan kata lain produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen. Departement store yang modern juga menyediakan jasa layanan tertentu seperti pembungkus kado. Contoh dari jenis ritel ini adalah matahari dan ramayana departement store.
3)      Mass merhandiser
Toko ritel jenis ini terdiri dari :
·         Supermarket (pasar swalayan), merupakan toko ritel yang operasinya cukup besar, berbiaya rendah, memiliki margin/pendapatan rendah, volume penjualan tinggi, terkelompok berdasarkan lini produk, menggunakan sistem swalayan (pelanggan mencari dan memilih sendiri produk yang diinginkan), serta dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen, seperti daging, hasil produk olahan maupun produk non-makanan seperti mainan, majalah dan sebagainya. Contoh supermarket antara lain hero dan superindo.
·         Superstores, merupakan toko ritel yang menawarkan pilihan produk yang lebih luas yang dibeli secara rutin seperti buku, mainan, barang-barang elektronik, produk perbaikan rumah tangga, hewan peliharaan dan perlengkapannya, dan layanan jasa seperti perbankan dan dry cleaning. Superstores jauh lebih besar daripada pasar swalayan. Bagi pelanggan, superstores menyediakan layanan yang bersifat one-stop shopping (layanan sekali jalan). Sementara bagi peritel, superstores memberikan margin/keuntungan yang lebih tinggi terutama pada produk non-makanan dan memiliki laba yang cukup besar dari otlet makanan cepat saji. Superstores juga merupakan cara yang lebih efektif dalam menghadapi toko ritel konvensional. Contoh superstores ini antara lain giant, carrefour, dan hypermarket.
·         Combination stores, merupakan toko ritel yang mengkombinasikan antara toko makanan dengan toko obat-obatan yang lebih besar daripada superstores dengan ragam barang dagangan dan pelayanan yang lebih.
·         Hypermarket, merupakan toko ritel yang dijalankan dengan mengkombinasikan model discount store, supermarket, dan ware house store di suatu tempat. Barang-barang yang ditawarkan seperti produk grosiran, minuman, perlengkapan mobil, perabotan rumah tangga, dan furniture. Pendekatan dasar dari hypermarket adalah tampilan besar dan penanganan yang minim dari wiraniaga toko serta memberikan diskon kepada pelanggan yang bersedia membawa alat-alat rumah tangga dan mebel yang berat yang dibelinya keluar dari toko.
·         Discount stores (toko diskon), merupakan toko ritel yang memiliki volume penjualan yang besar, sistem swalayan, adanya departementalisasi, serta menjual beragam barang dagangan dengan mark up (penambahan) harga yang rendah untuk memperoleh perputaran barang yang tinggi. Barang yang dijual adalah barang standar dengan harga barang yang lebih murah karena mengambil keuntungan yang rendah dan menjual dengan volume tinggi. Toko diskon yang sebenarnya, secara reguler menjual barangnya dengan harga yang lebih rendah, bukan memberikan potongan diskon berkali-kali ataupun diskon khusus.
·         Warehouse showroom, merupakan discount retailer yang menyediakan sejumlah fasilitas tempat yang disediakan bagi bermacam-macam usaha dengan memfokuskan pada volume penjualan yang tinggi dengan harga yang rendah. Lokasi usaha akan membantu menjaga biaya operasi yang rendah.
·         Catalog showroom, merupakan usaha ritel yang menjual banyak pilihan produk bermerek dengan mark up/penambahan harga yang tinggi dan memiliki perputaran barang dagangan tinggi dengan harga diskon. Toko ini memberikan fasilitas kepada pelanggan dimana pelanggan bisa membandingkan kualitas dan harga produk yang akan dibeli di rumah sebelum pelanggan pergi ke toko untuk berbelanja, sesuai dengan katalog yang di kirimkan kepada mereka. Konsumen juga bisa memilih contoh barang dagangan yang dipajang di showroom (ruang pamer). Pada umumnya para pelanggan sudah memiliki pengetahuan/informasi mengenai produk sebelum melakukan pembelian, maka cukup sedikit tenaga penjual yang di perlukan di showroom.
·         Warehouse clubs, merupakan usaha ritel dengan volume  (wholesale retail), melayani usaha kecil dengan para anggota dari lembaga pemerintah, organisasi nirlaba dan beberapa perusahaan besar dengan perputaran barang dagangan bermerek yang tinggi. Warehouse clubs beroperasi dalam bangunan yang besar, berbiaya rendah, dan hanya memiliki sedikit hiasan/dekorasi ruangan. Biaya operasi warehouse clubs rendah karena mereka membeli dalam jumlah yang besar dan menggunakan sedikit tenaga kerja dalam penyimpanan barangnya. Warehouse clubs tidak melakukan jasa layanan pengiriman barang ke rumah dan juga tidak menerima pembayaran secara kredit. Namun, mereka menawarkan harga yang jauh lebih rendah, biasanya 20% - 40% di bawah harga pasar swalayan dan toko diskon.
Selain kategori diatas, cox (2000) menambahkan bahwa usaha ritel toko juga bisa di klasifikasikan berdasarkan beberapa kategori, antara lain sebagai berikut.
a.       Bentuk hukum. Apakah usaha tersebut bersifat kepemilikan tunggal (sole proprietorship), kemitraan (partnership), ataukah perusahaan terbatas, baik privat ataupun publik.
b.      Stuktur operasional. Terdiri dari satu outlet/toko ritel (independent trader), banyak outlet ritel (multiple/chain store), ataupun consumer co-oprative.
c.       Ukuran outlet. Seperti yang terdapat pada perpres No. 112 Tahun 2007 mengenai penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan toko modern, yaitu minimarket kurang dari 400 m2; supermarket 400 m2 s.d 5000 m2; hypermarket diatas 5000 m2; departement store di atas 400 m2; serta perkulakan di atas 5000 m2.

d.      Lokasi. Salah satunya usaha ritel yang terletak di pusat perbelanjaan (shopping center). Pusat pembelanjaan merupakan sekelompok bisnis ritel yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki dan dikelola sebagai satu unit. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kelompok peritel yang terdiri dari bermacam-macam jenis produk barang dan jasa.

STRATEGI PERTUMBUHAN RITEL (RETAIL)

Ada 4 jenis pertumbuhan yang diusahakan oleh ritel (retail) yaitu penembusan pasar, perluasan pasar, pengembangan format ritel dan diversifikasi.
Kesempatan penembusan pasar (market penetration) meliputi usaha-usaha langung terhadap konsumen yang ada dengan menarik konsumen pada target pasar sekarang yang tidak berbelanja di tokonya untuk lebih sering mengunjungi toko tersebut atau untuk membeli lebih banyak barang pada tiap kunjungan. Pendekatan lain adalah dengan penjualan silang yaitu dengan menjual barang-barang tambahan pada konsumen.
Kesempatan perluasan pasar menggunakan format ritel(retail) yang ada dalam segmen pasar baru. Dalam hal ini segmen pasar ditetapkan didipertajam untuk memenuhi selera dari target pasar yang ingin dibidik secara tersendiri.

Pengembangan format ritel (retail) meliputi penawaran format ritel (retail) baru, misalnya dengan menggunakan internet marketing atau e-commerce sehingga konsumen bisa berbelanja tanpa harus ke lokasi.

STRATEGI PEMASARAN RITEL

STRATEGI MANAJEMEN RITEL (RETAIL)?
Strategi retail (ritel) menekankan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Strategi ritel (retail) meliputi penentuan target pasar, sifat barang dan jasa yang ditawarkan,dan bagaimana ritel memperoleh keuntungan jangkan panjang dari para pesaingnya. Bagian kebutuhan strategi dalam strategi retail (ritel) antara lain strategi pasar, strategi keuangan, strategi lokasi, struktur organisasi dan sumber daya manusia.
Aspek pemasaran dalam ritel meliputi:
1. Definisi strategi pemasaran retail (ritel)
2. Pemahaman terhadap target pasar bila dikaitkan dengan pilihan terhadap format retail (ritel)
3. Bagaimana retail (ritel) dapat membangun strategi keunggulan bersaing yang berkelanjutan
4. Tahapan dalam mengembangkan strategi pemasaran retail (ritel)
Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia dalam retail (ritel) meliputi:
1. Alasan mengapa manajemen SDM mempunyai peranan penting membentuk sebuah bisnis atau organisasi retail (ritel)
2. Bagaimana retail (ritel) membuat keuntungan yang kompetitif dan mendukung, dengan cara mengembangkan dan mengelola SDM
3. Bagaimana ritel mengkoordinasi aktivitas para karyawan dan memotivasi mereka mencapai tujuan
4. Program-program manajemen SDM untuk membangun komitmen kerja
5. Bagaimana dan mengapa ritel mangatur perbedaan antarkaryawan
Aspek Keuangan dalam retail (ritel) meliputi:
1. Bagaimana strategi retail (ritel) direfleksikan dalam tujuan keuangan
2. Bagaimana ritel menggunakan alat-alat dan metode untuk mengevaluasi kinerjanya
3. Bagaimana model strategis keuntungan dapat digunakan
Aspek pemilihan lokasi dalam area perdagangan retail (ritel) meliputi:
1. Tipe Lokasi yang memungkinkan oleh retail
2. Mengevaluasi keunggulan relatif dari setiap area perdagangan yang dipilih.
3. Tipe lokasi perdagangan yang memungkinkan untuk tumbuh
4. Jenis lokasi yang ada
5. Alasan mengapa suatu ritel tetap berlokasi disuatu tempat tertentu meskipun ada retail (ritel) lain berlokasi ditempat berbeda
6. Keuntungan relatif yang didapat dari sebuah tipe lokasi
7. Tipe lokasi yang cocok bagi retail (ritel)
8. Tipe lokasi yang kurang diminati
9. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh peritel dalam memilih lokasi
Aspek Sistem Informasi dan Manajemen meliputi:
1. Keunggulan strategis yang diperoleh melalui manajemen rantai pemasok
2. Bagaimana barang daganan dan informasi mengalir dari vendor ke retail (ritel) ke pelanggan dan kembali
3. Perkembangan informasi dan teknologi yang bisa memudahkan komunikasi antara vendor dengan ritel(retail)
4. Sistem pengiriman respons cepat
Manajemen Hubungan Pelanggan ( Customer Relationship Management) meliputi:
1. Pengertian manajemen hubungan pelanggan
2. Peran Customer Relationship Management sebagai strategi membangun kesetiaan pelanggan
3. Implementasi program Customer Relationship Management dalam bisnis retail (ritel)
STRATEGI PEMASARAN RITEL (RETAIL)
Strategi pemasaran ritel (retail) meliputi
(1). pemilihan segment target pasar dan penentuan format ritel (retail) dan
(2). pengembangan keunggulan bersaing yang memungkinkan ritel (retail) untuk mengurangi tingkat kompetensi yang dihadapi.
Ritel (retail) yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang dilakukan pesaing. Pasar ritel (retail) bukan merupakan tempat khusus dimana para pembeli dan penjual bertemu, tetapi sebagai kelompok konsumen dengan kebutuhan-kebutuhan yang sama (segmen pasar) dan sekelompok ritel (retail) yang menggunakan format ritel (retail) yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.

Pasar sasaran dalam ritel (retail) sering kali ditetapkan berdasarkan faktor demografis, geografis dan psikografis. Menetapkan pasar sasaran merupakan syarat untuk menetapkan strategi bauran ritel (retail). Bauran ritel (retail) atau disebut dengan retail mix adalah kombinasi elemen-elemen produk, harga, lokasi, personalia, promosi dan presentasi atau tampilan-untuk menjual barang dan jasa pada konsumen akhir yang menjadi target pasar.